KONSEP DIRI
A.
Pengertian Konsep diri
Menurut Baron dan Byrne mengatakan
konsep diri merupakan sekumpulan fungsi yang kompleks yang berbeda yang
dipegang oleh seseorang tentang dirinya[1].
Menurut William D. Broks mendefinisikan konsep diri adalah pandangan dan
perasaan tentang kita, yang bersifat psikologi, sosial, dan fisis[2].
Menurut Sulaeman, konsep diri adalah kesluruhan ide-ide dan sikap-sikap
seseorang sebagai apa dan siapa dia[3].
Suryabrata menyatakan konsep diri mempunyai empat aspek, yaitu bagaimana orang
mengamati dirinya sendiri, bagaimana orang berpikir tentang dirinya sendiri,
bagaimana orang menilai dirinya sendiri, bagaimana berusaha dengan berbagai
cara untuk menyampaikan dan mempertahankan diri[4].
Calhoun dan Acocela (1990) menyatakan konsep diri adalah gambaran mental
individu yang terdiri dari pengetahuannya tentang diri sendiri,
pengharapan bagi diri sendiri, dan penilaian terhadap diri sendiri[5].
Konsep diri di dalam Islam, Allah SWT berfirman dalam Q.S. At-Taghabun ayat 16
yang artinya :
“Maka
bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah
dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara
dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan pengertian konsep diri adalah cara individu memandang dirinya
secara utuh, baik fisikal, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual
terhadap masyarakat, lingkungan maupun terhadap Tuhan Yang Maha Esa .
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Kerangka Menurut Stuart dan Sudeen ada
beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-faktor
tersebut terdiri dari teori perkembangan Significant Other (orang yang
terpenting atau yang terdekat ) dan Self Perception (persepsi diri
sendiri)[6].
a. Teori Perkembangan
Konsep diri berkembang secara bertahap sejak lahir
seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan
kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang
melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau
pengenalan tubuh, nama panggilan, pengalaman budaya dan hubungan interpersonal,
kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta
aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.
b. Significant Other (Orang Terpenting atau Terdekat)
Konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman
dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan
cara pandangan diri merupakan interpretasi diri pandangan orang lain terhadap
diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang
lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting
sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi.
c. Self Perception (Persepsi Diri Sendiri)
Yaitu persepsi
individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu
terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk
melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan
aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep
diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih
efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual
dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat
dari hubungan individu dan sosial yang terganggu. Menurut Stuart dan Sundeen
penilaian tentang konsep diri dapat dilihat berdasarkan rentang-rentang respon
konsep diri, yaitu
d. Aktualisasi Diri
Aktualisasi
diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman yang nyata yang sukses dan diterima.
e. Konsep Diri
Positif
Konsep diri
positif apabila individu memiliki pengalaman yang positif dalam beraktualisasi
diri.
f. Harga Diri
Rendah
Harga diri
rendah adalah transisi antara respon konsep diri adaptif dengan respon konsep
diri maladaptif.
g. Kerancuan
Identitas
Kekacauan identitas
adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek – aspek identitas masa kanak –
kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang
harmonis.
h. Depersonalisasi
Depersonalisasi
adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain.
C.
Pembagian Konsep Diri
Untuk Konsep
diri terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian konsep diri tersebut
dikemukakan oleh Stuart dan Sundeen (1991), yang terdiri dari[7]
:
1.
Pola Gambaran
Diri (Body Image)
Gambaran diri adalah sikap seseorang
terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan
perasaan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi penampilan dan potensi tubuh saat
ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman
baru setiap individu (Stuart and Sundeen, 1991)[8].
Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari
orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya
terpisah dari lingkungan (Keliat, 1992)[9].
Gambaran diri berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya
mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Individu yang stabil,
konsisten dan realistis terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan
yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan. Menurut
Potter dan Perry (2005), Body image berkembang secara bertahap selama beberapa tahun
dimulai sejak anak belajar mengenal tubuh dan struktur, fungsi, kemampuan dan
keterbatasan mereka. Body image (citra tubuh) dapat berubah dalam beberapa jam,
hari, minggu atau pun bulan tergantung pada stimuli eksterna dalam tubuh dan
perubahan aktual dalam penampilan, stuktur dan fungsi[10].
2.
Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya
bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan
tipe orang yang diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai
yang diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan
norma-norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan
penyesuaian diri. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu
individu mempertahankan kemampuan menghadapi konflik atau kondisi yang membuat
bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan
keseimbangan mental. Pembentukan ideal diri dimulai pada masa anak-anak
dipengaruhi oleh orang yang dekat dengan dirinya yang memberikan harapan atau
tuntunan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu individu menginternalisasikan
harapan tersebut dan akan membentuk dari dasar ideal diri. Pada usia remaja,
ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan
teman. Pada usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang merefleksikan
berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab[11].
Menurut Anna Keliat (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri,
yaitu[12]
:
a. Kecenderungan individu menetapkan
ideal pada batas kemampuannya.
b. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan
ideal diri.
c.
Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis,
keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri.
d.
Kebutuhan yang realistis.
e.
Keinginan untuk menghidari kegagalan.
f.
Perasaan cemas dan rendah diri.
Ideal diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi,
tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar
tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai.
3.
Harga Diri
Harga diri
adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa
banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari
diri sendiri dan orang lain, yaitu dicintai, dihormati dan dihargai. Mereka
yang menilai dirinya positif cenderung bahagia, sehat, berhasil dan dapat
menyesuaikan diri, sebaliknya individu akan merasa dirinya negatif, relatif
tidak sehat, cemas, tertekan, pesimis, merasa tidak dicintai atau tidak
diterima di lingkungannya[13].
Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga
diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Harga diri akan sangat
mengancam pada saat pubertas, karena pada saat ini harga diri mengalami
perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya
sendiri. Harga diri tinggi terkait dengan ansietas yang rendah, efektif dalam
kelompok dan diterima oleh orang lain. Harga diri rendah terkait dengan
hubungan interpersonal yang buruk, resiko terjadi depresi, dan skizofrenia. Gangguan
harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri
termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri.
4. Identitas
Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung
jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu.
Mempunyai konotasi otonomi dan meliputi persepsi seksualitas seseorang.
Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan seterusnya berlangsung
sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja[14].
Pada masa anak- anak , untuk membentuk identitas dirinya, anak harus mampu
membawa semua perilaku yang di pelajari kedalam keutuhan yang koheren , konsisten
dan unik. Rasa identitas ini secara kontiniu timbul dan di pengaruhi oleh
situasi sepanjang hidup. Pada masa remaja , banyak terjadi perubahan fisik,
emosional, kognitif dan social. Dimana dalam masa ini apabila tidak dapt
memenuhi harapan dorongan diri pribadi dan social yang membantu mendefinisikan
tentang diri maka remaja ini dapat mengalami kebingungan identitas. Seseorang
dengan rasa identitas yang kuat akan merasa terintegrasi bukan terbelah.
5. Peran (Role
Performance)
Peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan
sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran
yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran
yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu[15].
Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Harga diri yang tinggi merupakan
hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi di
masyarakat dapat merupakan stressor terhadap peran karena struktur sosial yang
menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan[16].
D.
Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif
Menurut Calhoun dan Acocela (1990),[17]
dalam perkembangannya konsep diri terbagi menjadi dua, yaitu konsep diri
positif dan konsep diri negatif.
1. Konsep Diri
Positif
Konsep diri positif kepada
penerimaan diri bukan sebagai suatu kebanggaan yang besar tentang diri. Konsep
diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi. Individu yang memiliki konsep
diri positif adalah individu yang tahu betul tentang dirinya.
Individu dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat
bermacam-macam tentang dirinya sendiri, evaluasi terhadap dirinya sendiri
menjadi positif dan dapat menerima keberadaan orang lain.
Individu yang memiliki konsep diri positif akan merancang tujuan-tujuan
yang sesuai dengan realitas, yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk
dapat dicapai, mampu menghadapi kehidupan di depannya serta menganggap bahwa
hidup adalah suatu proses penemuan. Singkatnya, individu yang memiliki konsep
diri positif adalah individu yang tahu betulsiapa dirinya sehingga dirinya
menerima segala kelebihan dan kekurangan, evaluasi terhadap dirinya menjadi
lebih positif dan mampu merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas.
Seseorang yang
memiliki konsep diri positif memiliki karakterikstik seperti berikut:
a. Merasa sanggup menyelesaikan masalah
yang terjadi. Pemahaman diri terhadap kemampuan subyektif dalam menyelesaikan
masalah-masalah obyektif yang dihadapi.
b. Merasa sepadan dengan orang lain. Seseorang yang
memiliki konsep diri positif memiliki pemikiran bahwa saat dilahirkan manusia
tidak membawa kekayaan dan pengetahuan. Kekayakan dan pengetahuan bisa dimiliki
dari bekerja dan proses belajar selama hidup. Hal inilah yang mendasari sikap
seseorang yang tidak merasa kurang ataupun lebih dari orang lain.
c. Tidak malu saat dipuji. Konsep diri
positif membangun pribadi yang memiliki pemahaman bahwa pujian atau penghargaan
layak diterima seseorang berdasarkan hasil yang telah dicapainya.
d. Merasa mampu memperbaiki diri. Dengan memiliki konsep
diri positif seseorang akan merasa mampu untuk memperbaiki sikap yang dirasa
kurang.
2.
Konsep Diri Negatif
Calhoun dan Acocela membagi konsep diri negatif menjadi dua tipe, yaitu :
Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak
memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar
tidak tahu siapa dirinya, kelebihan dan kelemahannya atau cara hidup yang
tepat. Singkatnya, individu yang memiliki konsep diri negatif terdiri dari 2
tipe, tipe pertama yaitu individu yang tidak tahu siapa dirinya dan tidak
mengetahui kekurangan dan kelebihannya, sedangkan tipe kedua adalah individu
yang memandang dirinya dengan sangat teratur dan stabil. Seseorang dengan
konsep diri negatif akan menunjukkan karakteristik seperti berikut ini:
a.
Sensitif terhadap kritik. Pemilik konsep diri negatif biasanya kurang bisa
menerima kritik dari orang lain sebagai upaya refleksi diri.
b.
Senang dengan pujian. Sikap berlebihan terhadap tindakan yang dilakukan
sehingga merasa perlu mendapat penghargaan terhadap segala tindakannya.
c.
Merasa tidak disukai orang lain. Selalu muncul anggapan bahwa orang lain
disekitarnya akan memandang negatif terhadap dirinya.
d.
Suka mengkritik orang lain. Meski tidak suka dikritik namun pribadi ini
senang sekali menghujani kritikan negatif kepada orang lain.
e.
Bermasalah dengan lingkungan sosialnya. Pribadi yang memiliki konsep diri
negatif merasa kurang mampu berinteraksi dengan orang lain.
E.
Mengembangkan Perkembangan Konsep Diri
Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seseorang manusia dari kecil hingga
dewasa. Lingkungan dan pengalaman
orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap orang tua
dan lingkungan akan menjadi bahan
informasi bagi anak untuk tumbuh menilai siapa dirinya. Lingkungan yang
kurang mendukung akan membentuk konsep diri yang negatif. Jika
lingkungan dan orang tua mendukung dan memberikan sifat baik akan membentuk konsep diri siswa yang positif.
Menurut Charles Horton Cooley konsep diri
dapat dimunculkan dengan melakukan pembayangan
diri sendiri sebagai orang lain, yang disebutnya sebagai looking-glass self (diri-cermin) seakan-akan kita menaruh cermin dihadapan kita
sendiri. Prosesnya dimulai dengan membayangkan bagaimana kita
tampak pada orang lain, kita melihat sekilas diri kita seperti dalam cermin. Misalnya, kita merasa wajah kita
menarik atau tidak menarik. Proses
kedua, kita membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita. Apakah orang lain menjadi kita
menarik, cerdas atau tidak menarik.
Proses ketiga, kita kemudian mengalami perasaan bangga atau kecewa atas percampuran penilaian diri kita
sendiri dan penilaian orang lain.
Jika penilaian kita terhadap diri sendiri positif, dan orang lain pun menilai kita positif, maka kita kemudian
mengembangkan konsep diri yang positif.
Begitu sebaliknya, penilaian orang lain terhadap diri kita negatif, dan kita pun menilai diri kita negatif, maka
kemudian kita mengembangkan konsep diri yang negatif.
Menurut Verderber, upaya
mengembangkan perkembangan konsip diri indovidu dapat dilakukan dengan cara:
a.
Self-appraisal
Istilah ini
menunjukkan suatu pandangan yang menjadikan diri sendiri sebagai objek
dalam komunikasi atau dengan kata lain adanya kesan kita terhadap
diri kita sendiri.
b.
Reaction and Response of Others
Konsep diri itu
tidak saja berkembang melalui pandangan kita terhadap diri sendiri, namun berkembang dalam rangka interaksi kita dengan masyarakat.
Dengan demikian apa yang ada pada diri kita dievaluasi oleh orang lain
melalui interaksi kita dengan orang tersebut, dan pada gilirannya
evaluasi masing-masing individu mempengaruhi perkembangan konsep diri kita.
c.
Roles You Play-Role Taking
Peran memiliki
pengaruh terhadap konsep diri, adanya aspek peran yang kita mainkan sedikit banyak
akan mempengaruhi konsep diri individu. Peran yang individu mainkan itu adalah hasil
dari sistem nilai individu. Individu dapat memotret diri sebagai individu yang bermain sesuai persepsi
yang didasarkan pada pengalaman diri sendiri, yang di dalamnya
terdapat unsur selektivitas dari keinginan individu untuk memainkan
peran.
d.
Reference Groups
Konsep diri
individu juga terbentuk dari adanya kelompok yang bercirikan individu itu terkumpul
dalam suatu kelompok atau komunitas yang diiinginkan. Setiap kelompok tersebut mempunyai ikatan
enosional yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap pembentukan
konsep diri individu. Dalam kelompok tersebut individu akan
mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya sesuai dengan
ciri-ciri dan karakteristik kelompoknya itu. Artinya jika kelompok ini kita
anggap penting dalam arti mereka dapat menilai dan bereaksi pada kita, hal ini
akan menjadi kekuatan untuk menentukan konsep diri. Jadi cara kita menilai diri
kita merupakan bagian dari fungsi kita dievaluasi oleh kelompok rujukan.
e.
Berpikir positif
Segala sesuatu
tergantung pada cara kita memandang segala sesuatu baik terhadap
persoalan maupun terhadap seseorang, artinya kendalikan pikiran jika pikiran itu
mulai menyesatkan jiwa dan raga.
f.
Jangan memusuhi diri sendiri
Sikap
menyalahkan diri sendiri yang berlebihan merupakan pertanda bahwa ada
permusuhan dengan kenyataan diri akan menimbulkan konsep diri yang negatif.
F.
Pengaruh Konsep Diri Terhadap Prestasi
1.
Pengertian
Prestasi
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh
seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di
luar sekolah. Webster’s New International Dictionary mengungkapkan bahwa
prestasi adalah : “Achievement test a standardised test for measuring the
skill or knowledge by person in one more lines of work a sudy”.[18] Prestasi
adalah tes standar untuk
mengukur kecakapan atau pengetahuan bagi seseorang dalam satu atau lebih
garis-garis pekerjaan atau belajar. Prestasi belajar yang dicapai seorang
individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya
baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal)
individu.
Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai,
pengakuan, penghargaan) dan dapat secara intrinsik (kegairahan untuk
menyelidiki, mengartikan situasi). Prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja
atau belajar yang menunjukkan ukuran kecakapan yang dicapai. Siswa harus
memiliki prestasi belajar yang baik demi terciptanya manusia yang berkualitas
dan berprestasi tinggi. Prestasi belajar merupakan tolak ukur maksimal yang
telah dicapai siswa setelah melakukan proses belajar selama waktu yang
ditentukan. Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik berasal dari dalam dirinya (internal) maupun dari luar dirinya
(eksternal).
2.
Faktor yang
Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar yang dikhusukan ke konsep diri, adalah
adanya konsep diri yang tinggi. Konsep diri yang tinggi akan memudahkan siswa belajar
secara teratur dan terarah. Sedangkan konsep diri rendah
akan menjadikan seseorang memiliki perasaan tidak mampu memahami diri sendiri, rendah diri, sehingga siswa
tersebut menjadi minder
bergaul dan mengurangi interaksi
di sekolah. Selain itu konsep diri yang tinggi menjadikan seeorang menjadi percaya
diri atas apa yang dimilikinya sehingga menjadikan seseorang agar selalu
berpikir positif terhadap dirinya sendiri.
3.
Hubungan Konsep Diri terhadap Prestasi Belajar
Konsep diri menjadikan seseorang melakukan suatu
perbuatan tertentu sehingga konsep diri sangat dibutuhkan dalam membentuk
kepribadian seseorang. Prestasi belajar dapat
ditentukan oleh berbagai aspek salah satunya adalah konsep diri. Ketika seorang
individu mempunyai konsep diri yang baik sehingga dapat melahirkan suatu pola
berpikir yang positif, maka hal itu akan memudahkan seseorang untuk mencapai
suatu tujuan yang terarah. Hubungan konsep diri dengan prestasi diantaranya:
a. Meningkatkan Motivasi
Motivasi yang tumbuh dari dalam diri seseorang
(internal) maupun dari luar diri seseorang (eksternal) dapat mempengaruhi
konsep diri yang akan dibentuk dan dibangun sehingga hal itu menjadi salah satu
pemicu pembentukan kepribadian. Jika seseorang mempunyai konsep diri yang
positif, maka hal itu dapat meningkatakan motivasi seseorang dan mendorongnya
untuk melakukan suatu dalam meningkatkan prestasi belajar.
b. Meningkatkan rasa percaya diri
Ketika seseorang sudah memiliki konsep diri yang
positif, maka akan melahirkan rasa percaya diri di dalam diriya. Sehingga
memudahkan seseorang untuk berinteraksi dan melakukan berbagai macam kegiatan
yang dapat menunjang prestasi belajar seseorang.
c. Menjadikan seseorang memahami dirinya, baik kelebihan
dan kekurangannya
Konsep diri yang positif menjadikan seseorang lebih memahami
siapa dirinya, kemampuannya dan kekurangannya. Jika seseorang telah mengetahui
kelebihan dan kekuranagnnya, maka ia akan mengetahui hal-hal apa saja yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu seperti hal nya prestasi
belajar.
d. Menjadikan seseorang untuk berpikir positif
Pikiran positif yang ada pada diri seseorang berasal
dari pengkonsepan seseorang mengenai dirinya sendiri. Hal itu terbentuk dari
faktor internal maupun eksternal. Ketika seseorang dapat berpikir positif
mengenai berbagai hal termasuk mengenal diri sendiri maka itu akan
memudahkannya untuk mencapai prestasi belajar yang baik.
e. Memudahkan seseorang dalam belajar
Konsep diri yang positif akan melahirkan berbagai hal
yang positif seperti berpikir positif, motivasi, pemahaman terhadap diri
sendiri, meningkatkan rasa percaya diri, dan lain sebagainya. Dengan adanya
pengkonsepan diri yang positif, maka akan memudahkan seseorang dalam mencapai
tujuannya. Memudahkan seseorang dalam proes belajar, sehingga dapat menunjang
prestasi belajar yang baik.
KESIMPULAN
Konsep diri adalah cara pandang menyeluruh
tentang dirinya yang merupakan penilaian tentang diri, bagaimana individu
memandang dan menilai diri dalam bersikap dan berperilaku sehingga akan
mempengaruhi tindakan dan pandangan yang berdasarkan pada penilaian tentang
diri siswa baik kondisi fisik maupun lingkungan terdekatnya. Konsep diri merupakan gambaran seorang individu tentang dirinya secara
fisk, sosial, dan psikologis yang diperoleh melalui interaksi dengan orang
lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
diantaranya adalah teori perkembangan, significant other (orang terdekat
atau orang terpenting) dan self perception (persepsi diri sendiri).
Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu gambaran diri (body image),
ideal diri, harga diri, peran dan identitas diri. Dalam perkembangannya, konsep
diri terbagi menjadi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh
seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar. Prestasi
belajar seseorang juga ditentukan oleh konsep diri yang bentuk oleh diri
seseorang. Sehingga, konsep diri yang positif akan menumbuhkan prestasi belajar
yang baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Helmi, Avin Fadilla. 1999. Gaya Kelekatan dan
Konsep Diri. Universitas Gadjah Mada.
jurnal.psikologi.ugm.ac.id/index.php/fpsi/article/view/140/131 gaya kelekatan
dan konsep diri jurnal. [diakses : Sabtu, 25 April 2015 Puku 12.00]
Mutmainah, Nina. 1999. Psikologi Komunikasi. Jakarta
: Universitas Terbuka Press.
Keliat, Anna. 1995. Proses Keperawatan Kesehatan
Jiwa Edisi I. Jakarta : EGC.
Keliat, Anna. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan
Jiwa Edisi 2. Jakarta : EGC.
Oktaviana, Rina. 2013. Hubungan Antara Penerimaan
Diri terhadap Cara-Cara Perkembangan Sekunder dengan Konsep Diri pada Remaja
Puteri SLTPN 10 Yogyakarta. Yogyakarta. http://www.psychologymania.net/2010/04/hubungan-antara-penerimaan-diri.html [diakses : Sabtu, 25 April 2015 Pukul 12.23]
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan. Jakarta : EGC.
Rakhmat, Jalaludin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung
: PT Remaja Rosda Karya.
Salbiah. 2006. Konsep Diri. Sumatera Utara.
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3622
/1/09E01769.pdf [diakses : Sabtu, 25 April 2015 13.20]
Stuart dan Sundeen. 2005. Buku Ajar Keperawatan
Jiwa. Jakarta : EGC.
Stuart dan Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa.
Jakarta : EGC.
Wulandari, Lita dan Pasti Rola. 2004. Konsep Diri dan Motivasi
Berprestasi Remaja Penghuni Asuhan, Jurnal Psikologi. Sumatera Utara. http://usupress.usu.ac.id/files/
Pemberdayaan%20Komunitas%20Vol_%203%20No_%202%20Mei%202004.pdf [diakses :
Sabtu, 25 April 2015 Pukul 12.45]
[3] Rina Oktaviana, Hubungan
Antara Penerimaan Diri terhadap Cara-Cara Perkembangan Sekunder dengan Konsep
Diri pada Remaja Puteri SLTPN 10 Yogyakarta hal. 3-4.
[5] Lita H Wulandari & Pasti Rola, Konsep
Diri dan Motivasi Berprestasi Remaja Penghuni Panti Asuhan, Jurnal
Pemberdayaan Komunitas, Mei 2004, Volume 3, Nomor 2 hal. 81-82.
[17] Lita H Wulandari & Pasti Rola,
2004, Konsep Diri dan Motivasi Berprestasi Remaja Penghuni Panti
Asuhan, Jurnal Pemberdayaan Komunitas Volume 3, Nomor 2, hal. 83.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar