Nama : Rizka
Nabila
NIM :
11140163000024
Jurusan : P.
Fisika 2A
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Ibarat sebuah bangunan tanpa pondasi yang kuat tentu akan
mudah roboh. Begitu juga dalam mempelajari suatu ilmu. Sebelum mempelajari Psikologi, sudah
sepatutnya kita mencari tahu, memahami dan menyamakan persepsi terlebih dahulu
tentang definisi (pengertian) dari ilmu yang kita pelajari.
Psikologi yang
dalam istilah lama di sebut ilmu jiwa itu berasal dari kata Bahasa Inggris
“Psychology”. Kata psychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari
bahasa Greek (Yunani), yaitu: (1) psyche yang berarti jiwa; (2) logos yang
berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi adalah ilmu jiwa atau bisa di sebut
ilmu yang mempelajari kejiwaan atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala
jiwa manusia. Karena para ahli jiwa mempunyai penekanan yang berbeda, maka
definisi yang dikemukakan juga berbeda-beda. Berikut adalah salahsatu tokoh
yang mendefinisikan pengertian psikologi pendidikan:
Pengertian Psikologi pendidikan - Psikologi pendidikan
Menurut Pandangan Rousseau
J.J. Rousseau (seorang penganut Naturalis), mendasarkan
ide-ide pendidikan pada prinsip-prinsip perkembangan manusia. Oleh karena itu,
memahami prinsip-prinsip perkembangan adalah penting untuk perlakuan dalam
pendidikan. Hal yang perlu ditekankan dalam pemahamannya tentang ide-ide pendidikan
pada prinsip-prinsip perkembangan itulah yang akhirnya menjadikan suatu
pengertian psikologi pendidikan dianggap paling penting sebagai pondasi yang
kuat dan kokoh atas suatu hakekat dalam psikologi pendidikan.
Prinsip dasar psikologi pendidikan yang dikemukakan oleh J.
J. Rousseau adalah bahwa suatu pendidikan harus diresmikan dengan sifat dan
kebutuhan individu setiap anak. Dorongan hati dari setiap anak tidak boleh
dibatasi. Dikatakan oleh Rousseau bahwa seorang anak lahir dengan sifat-sifatnya
yang baik, ia hanya akan memiliki sifat jahat bila ada pengaruh dari orang
dewasa yang biasanya salah dalam membimbingnya yaitu dengan disiplin keras dan
contoh-contoh yang buruk. Untuk menolong seorang anak memahami dirinya sendiri,
seorang harus mengerti dan mengetahui keadaan fisik, sosial, intelektual,
kemampuan serta kebutuhannya. Rousseau menekankan perlunya pengertian terhadap
anak-anak. Hal lainnya yang penting dalam psikologi pendidikan menurut J.J.
Rosseau adalah adanya jenis-jenis pendidikan yang akan mempengaruhi
perkembangan anak menjadi lebih manusiawi yaitu dengan pendidikan harmonis
meliputi jasmani dan rohani termasuk pendidikan intelektual, akhlak kesusilaan,
dan keagamaan. Bukan hanya pendidikan intelektual saja yang disajikan dalam suatu
lingkungan sekolah, melainkan perlu adanya pendidikan akhlak kesusilaan dan
keagamaan.
MANFAAT PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Pendidikan adalah salah satu praktek dari psikologi. Oleh
karena itu, sebenarnya seorang pendidik hendaknya juga seorang yang paham tentang
psikologi. Sebab apabila tidak demikian si
pendidik itu akan berbuat sesuatu dengan tanpa pedoman atau
landasan-landasan teori yang semestinya. Psikologi dapat memberi sumbangan pada
pendidikan misalnya bagaimana cara anak belajar, berfikir, mengingat, memperhatikan dan
sebagainya. Mempelajari psikologi dalam kehidupan tidak hanya berguna bagi
orang tua dan guru dalam memberikan pendidikan kepada anak sesuai dengan tahap
perkembangannya, tapi juga berguna ketika memahami diri kita sendiri. Bagi
seorang guru, yang tugas utamanya adalahpendidik, sangat penting memahami
psikologi belajar. kegiatan pembelajaran dalam pendidikansarat dengan muatan
psikologis. Mengabaikan aspek-aspek psikologis dalam proses pembelajaran akan
berakibat kegagalan, sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai dengan
mudah. Sehubungan dengan ini, setiap pendidik selayaknya memahami seluruh
proses dan perkembangan manusia, khususnya peserta didik. Pengetahuan mengenai
proses dan perkembangan dan segala aspeknya itu sangat bermanfaat, dan manfaat
yang dapat diraih antara lain :
a. Pendidik
dapat memberikan layanan dan bantuan dan bimbingan yang tepat kepadapeserta
didik dengan pendekatan yang relefan
dengan tingkat perkembangannya
b. Pendidik
dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan timbulnya kesulitan belajarpeserta
tertentu
c. Dapat
mempertimbangkan waktu yang tepat dalam memulai aktifitas proses belajar
mengajar bidang studi tertentu
d. Pendidik
dapat menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan pengajaran sesuai dengan kemampuan
psikologisnya
e. Mampu
membantu memecahkan permasalahan siswa dalam belajar
f.
Memudahkan penerapan pengetahuan, pendekatan dan komunikasi kepada anak didik
g. Membantu
menciptakan suasana edukatif dan efektif
h. Dapat
menyusun program pengajaran yang sesuai dengan masa perkembangan peserta didik
i. Pendidik
dapat dengan mudah memilih metode-metode pembelajaran dan pengajaran yang tepat
untuk digunakan
METODE PENELITIAN PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
Istilah metode mempunyai pengertian yang sama dengan prosedur, tata cara,
alat, dan teknik. Pada makalah ini, pengertian metode atau prosedur lebih
menekankan pada usaha untuk mendapatkan, mengembangkan, atau menguji pembuktian
atau teori, hipotesis atau dugaan. Sedangkan tata cara, alat atau teknik lebih
menekankan pada usaha untuk mendapatkan, atau membuktikan fakta atau data.
Teknik lebih operasioanal, sedangkan metode lebih bersifat teoritis. Dengan
demikian, teknik atau tata cara merupakan bagian dari metode. setiap situasi
dalam psikologi pendidikan membutuhkan pendekatan dengan cara tertentu sesuai
dengan sifat dan hakikat dari pada situasi itu. Situasi yang berbeda
membutuhkan pendekatan yang berbeda pula. Maka dari itu para ahli psikologi
pendidikan dalam menjalankan tugasnya tidak selalu mempergunakan satu macam
metode, tetapi mempergunakan dua macam metode atau lebih.
A. Macam-Macam Metode Penelitian Dalam
Pendidikan
Pada umumnya para ahli psikologis pendidikan melakukan riset
psikologis dibidang kependidikan dengan memanfaatkan beberapa metode penelitian
tertentu seperti :
1.
Eksperimen
2. Kuesioner
3. Studi
kasus
4.
Penyelidikan Klinis
5. Observasi
Naturalistik
Metode yang
memudahkan dalam pembelajar Psikologi Pendidikan adalah dengan pafahm
menggunakan Metode observasi naturalistik (naturalistic observation) adalah
sejenis observasi yang dilakukan secara alamiah. Dalam hal ini, peneliti berada
diluar objek yang diteliti atau ia tidak menempatkan diri sebagai orang yang
sedang melakukan penelitian.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak masalah sikologis yang
tidak dapat dieksperimenkan, terutama karena alasan etika, norma sosial, agama
dan prikemanusiaan. Pada permasalahan demikian, para ahli hanya mampu
mengadakan pengamatan (observasi) serta mencatat kejadian-kejadian untuk
dianalisis, diteliti dan dicari kesimpulannya. Dalam metode observasi tidak
hanya berarti melihat dan memandang saja, tetapi mengamati secara teliti,
slektif dan sistematis, sehingga semua aspek yang berperan dalam situasi
tingkah laku dapat dicatat, dianalisis dan dihubungkan secara tepat untuk
dijadikan suatu persyaratan, penilaian, kesimpulan, dugaan atau hipotesis.
Metode observasi naturalistik digunakan oleh psikolg sosial
untuk meneliti peranan kepemimpinan dalam dalam sebuah masyarakat atau untuk
meneliti sekelompok orang yang memerlukan terapi (perawatan dan pemulihan) yang
bersifat kemasyarakatan. Selanjutnya metode ini juga digunakan oleh para
psikolog perkembangan, para psikolog kognitif, dan para psikolog pendidikan.
Dalam hal penggunaannya bagi kepentingan penelitian psikologi pendidikan,
seorang peneliti atau guru yang menjadi asistennya dapart mengaplikasikan
metode observasi ilmiah itu lewat kegiatan pengajaran atau belajar-mengajar
dalam kelas–kelas regurer, yakni kelas tetap dan biasa, bukan kelas yang
diadakan secara khusus. Selama proses belajar-mengajar berlangsung, jenis
perilaku siswa yang diteliti (misalnya kecepatan membaca) dicatat dalam lembar
format observasi yang khusus dirancang sesuai dengan data dan informasi yang
akan dihimpun.
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Pertumbuhan dan Perkembangan adalah dua buah kata yang mempunyai maksud
hampir sama namun memiliki arti yang berbeda. Semua makhluk hidup atau
organisme dalam hidupnya mengalami proses perubahan biologis. Perubahan
tersebut terjadi disebabkan semua organisme mengalami pertumbuhan dan
perkembangan.
A. PERTUMBUHAN
Pertumbuhan (Growth) adalah perubahan Kuantitatif (berupa
pembesaran atau pertambahan dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi
besar, dst) pada materiil sesuatu akibat dari adanya pengaruh dari lingkungan.
Contoh : munculnya gigi baru, semakin bertambahnya jumlah gigi, semakin bertambahnya
tinggi badan, pertambahan berat badan dst.
B. PERKEMBANGAN
Perkembangan (Development) adalah suatu proses perubahan ke
arah kedewasaan atau pematangan yang bersifat Kualitatif (ditekankan pada segi
fungsional) akibat adanya proses pertumbuhan materiil dan hasil belajar dan
biasanya tidak dapat diukur. Contoh : pematangan sel ovum dan sperma, munculnya
kemampuan berdiri dan berjalan, dst. Hal yang menarik yang dapat dipelajari
dalam pertumbuhan dan perkembangan ruang lingkup psikologi pendidikan dapat
diketahui bahwa terdapat tahapan-tahapan atau fase-fase pertumbuhan dan
perkembangan, kita dapat lebih mengetahui apa saja tahapan dalam pertumbuhan,
tahapan dalam perkembangan, tuga-tugas perkembangan, prinsip-prinsip
perkembangan, aspek-aspek perkembangan dan pertumbuhan serta tahapan-tahapan
tugas perkembangan dimulai dari tugas perkembangan pada masa bayi --
kanak-kanak (0-6 Tahun), tugas perkembangan pada masa kanak-kanak akhir--anak
sekolah (6-12 Tahun), tugas perkembangan pada masa remaja (12-21 Tahun), dan
tugas perkembangan pada masa awal dewasa ( 21-30 Tahun).
Menurut Al-Qur’an,
pertumbuhan dan perkembangan manusia memiliki pola umum yang dapat diterapkan
pada manusia, meskipun terdapat perbedaan individual. Pola yang terjadi adalah
bahwa setiap individu tumbuh dari keadaan yang lemah menuju keadaan yang kuat
dan kemudian kembali melemah. Dengan kata lain, pertumbuhan dan perkembangan,
sesuai dengan hukum alam, ada kenaikan dan penurunan. Ketika seseorang secara
berangsur-angsur mencapai puncak perkembangannya, baik fisik maupun kognitif,
dia mulai menurun berangsur-angsur. Al-Qur’an menyatakan sebagai berikut:
Artinya:"Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari
keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi
kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan
beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha
Mengetahui lagi Maha Kuasa". (QS. Ar-Rum:54)
TEORI-TEORI BELAJAR DALAM PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
Teori belajar merupakan cara atau metode yang digunakan untuk memahami
tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman atau
interaksi dengan lingkungannya. Dalam psikologi, teori belajar selalu
dihubungkan dengan stimulus-respons dan teori-teori tingkah laku yang
menjelaskan respons makhluk hidup dihubungkan dengan stimulus yang didapat
dalam lingungannya. Teori-teori belajar dapat di kategorikan menjadi empat
macam yakni:
1. Teori
behaviorisme
2. Teori
kognitivisme
3. Teori
konstruktivisme
4. Teori
humanisme
Teori belajar
behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu
berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan semata. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus
dan respon (Slavin, 2000:143).
Teori Belajar Behaviorisme menurut
John Watson (1878-1958)
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus
dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati
(observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya
perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun
dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan
karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena
kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau
Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh
mana dapat diamati dan diukur. Dalam
teori behaviorisme menurut Watson, terdapat kekurangan yang sangat telihat,
karna teori ini lebih menekankan pada hasil belajar dan tidak memperdulikan
konsep maupun prosesnya dalam belajar, kekurangan lain pula dilihat dari segi
pengarahan pendidikan, pendidik dengan aliran behaviorisme cenderung
mengarahkan peserta didik untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif,
tidak produktif dan hanya memberikan instruksi singkat yang diikuti dengan
contoh-contoh. Menurut watson pula ia menolak sistim insting dan perubahan
kognitif sehingga yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output
yang berupa respon. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak
penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur.
Yang dapat diamati hanya dilihat dari segi stimulus dan respon.
INTELLIGENCE
Multiple intelligence adalah istilah atau teori dalam kajian
tentang ilmu kecerdasan yang memiliki arti “kecerdasan ganda” atau “kecerdasan
majemuk”. Teori ini ditemukan dan dikembangkan oleh Howard Gardner. Di dalam
teorinya Gardner menjelaskan bahwa setiap orang memilki bermacam-macam
kecerdasan, tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda antara kecerdasan
yang satu dengan kecerdasan lainnya.
Intelligence merupakan kemampuan untuk memecahkan persoalan
dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam
situasi yang nyata. Gardner menekankan pada kemampuan memecahkan persoalan yang
nyata, karena seseorang memiliki kemampuan inteligensi yang tinggi bila ia
dapat menyelesaikan persoalan hidup yang nyata, bukan hanya dalam teori.
Semakin seseorang terampil dan mampu menyelesaikan persoalan kehidupan yang
situasinya bermacam-macam dan kompleks, semakin tinggi inteligensinya. Terdapat
delapan kecerdasan menurut Gardner, yaitu:
1.
Kecerdasan Linguistik ( Linguistic Intelligence)
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan
kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini
mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi
dari kata yang di ucapkan. Kecerdasan ini berkaitan juga dengan penggunaan dan
pengembangan bahasa secara umum seperti yang dimiliki para pencipta lagu, para
penulis, editor, jurnalis, penyair, orator, penceramah maupun pelawak.
2.
Kecerdasan Logika-Matematika. (Logical-Mathematical Intelligence)
Kecerdasan logika dan matematika adalah kemampuan seseorang
dalam memecahkan masalah. Ia mampu memikirkan dan menyusun solusi (jalan
keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal). Ini adalah jenis keterampilan
yang sangat dikembangkan pada diri insinyur, ilmuwan, ekonom, akuntan,
detektif, dan para anggota profesi hukum.
3.
Kecerdasan Visual-Spasial (Spatial-Visual intelligence)
Kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk melihat
dan mengamati dunia visual dan spasial secara akurat (cermat). Visual artinya
gambar, spasial yaitu hal-hal yang berkenaan dengan ruang atau tempat.
Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warna, garis, bentuk, ruang, ukuran
dan juga hubungan di antara elemen-elemen tersebut. Kecerdasan ini juga
melibatkan kemampuan untuk melihat obyek dari berbagai sudut pandang.
4.
Kecerdasan Gerak-Tubuh (Bodily-Kinesthetic Intelligence)
Kecerdasan gerak tubuh atau ialah kemampuan dalam menggunakan
tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan.
Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan fisik dalam bidang koordinasi,
keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan. Kemampuan seperti
ini biasanya dimiliki oleh para atlet, aktor, pemahat, ahli bedah atau seniman
tari.
5.
Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence)
Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati,
membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik.
Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi dan timbre dari musik
yang didengar. Yang menonjol adalah mereka dapat mengungkapkan perasaan dan
pemikirannya dalam bentuk musik. Mereka dengan mudah mempelajari sesuatu bila
dikaitkan dengan musik atau dalam lagu. Kecerdasan jenis ini adalah bakat yang
dimiliki oleh para musisi, komposer, perekayasa rekaman.
6.
Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)
Kecerdasan interpersonal ialah kemampuan untuk mengerti dan
menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, temperamen, serta
gerakan tubuh orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari
orang lain juga termasuk dalam kecerdasan ini. Secara umum kecerdasan
interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan
komunikasi dengan berbagai orang.
7.
Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Kecerdasan intrapersonal atau cerdas diri adalah kemampuan
yang berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri serta
kemampuan untuk bertindak secara adaptatif berdasar pengenalan diri itu, dapat
memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri, mampu memotivasi dirinya sendiri
dan melakukan disiplin diri.
8.
Kecerdasan Naturalis ( Naturalist Intelligence)
Kecerdasan
naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang di jumpai
di alam maupun lingkungan.
“Dari berbagai macam Inteligensi (Kecerdasan) dapat diketahui
bahwa, saya sebagai manusia memiliki intelegensi yang bersifat dan lebih
dominan dalam Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence) yang dimana kemampuan
untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan
mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Karna memiliki kecerdasan ini dengan mudah
untuk belajar dan bermain musik secara baik. Walaupun kecerdasan jenis ini
adalah bakat yang dimiliki oleh para musisi, komposer, perekayasa rekaman.
Bukan berarti saya harus menjadi musisi, komposer dsb. Melainkan saya bisa jadi
diri sendiri dan mengembangkan apa yang saya miliki dengan cara terus melakukan
hal positif dan mendukung kecerdasan yang saya miliki, dengan kecerdasan inilah
potensi diri saya dapat tergali dan dapat menjadi diri saya yang saya
cita-citakan.”
MOTIVASI
Pengertian motivasi berdasarkan beberapa teori motivasi yang
telah ada seperti Abraham Maslow, Douglas McGregor menjelaskan bahwa motivasi
adalah alasan yang mendasari sebuat perbuatan yang dilakukan oleh individu.
Oleh karena itu, pengertian motivasi berbeda dengan pengertian semangat. Hal
ini jelas bahwa, seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi artinya memiliki
alasan yang besar untuk mencapai tujuan tersebut sedangkan semangat memiliki
arti sempit yang berarti hanya berkeinginan. Alasan dalam pengertian motivasi
dimaksudkan sebagai diri dan lingkungan individu sedangkan semangat lebih
mengarah ke kondisi individu saja. Terdapat dua kategori motivasi yaitu:
a. Motivasi Eksternal
Motivasi Eksternal adalah motivasi yg berasal dari luar diri
yg bersifat sementara. Yang biasanya biasa berupa penghargaan, pujian, hukuman
atau celaan.
b. Motivasi Internal
Motivasi Internal adalah motivasi yg berasal dari dalam diri
kita sendiri dan biasanya bersifat lebih kekal. mengacu pada faktor-faktor dari
dalam, tersirat baik dalam tugas itu sendiri maupun pada diri siswa, seperti :
minat, cita-cita dan kondisi siswa.
‘’Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi saya
sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Fisika, yaitu meliputi motivasi dari dua
macam faktor; faktor internal yang dapat mempengaruhi belajar di pendidikan
fisika adalah adanya minat, cita-cita dan kondisi siswa, dengan minat dan
cita-cita saya yang ingin menjadi seorang fisikawan. Sedangkan dari faktor
eksternalnya yaitu dengan adanya penghargaan, hukuman, atau celaan menjadi
faktor yang dapat mempengaruhi belajar.’’
TEORI-TEORI BELAJAR DALAM PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
Teori-teori
belajar dapat di kategorikan menjadi empat macam yakni:
1. Teori
behaviorisme
2. Teori
kognitivisme
3. Teori
konstruktivisme
4. Teori
humanisme
‘’Teori belajar yang paling saya sukai adalah Teori Belajar
Humanisme. Yang dimana teori belajar humanisme ini lebih mementingkan proses
dalam belajar, bukan hanya dilihat dari hasil dalam belajar tetapi lebih
menekankan pada proses dalam belajar. Dengan ditekankannya proses dalam belajar
sebagai orang yang dididik dapat lebih memahami potensi dirinya, dapat
mengembangkan potensi diri secara positif dan meminimalkan potensi diri yang
negatif. Namun dalam latar belakang belajar di jurusan Pendidikan fisika bukan
hanya teori behaviorisme yang dilihat
dari apa yang harus di amatin dan dapat diukur melainkan perlu adanya pemahaman
potensi yang dimilikinya dan pengembangan pengetahuan agar terbentuknya pribadi
yang ideal yang mampu mencapai aktualisasi dirinya sendiri.’’
CIRI-CIRI ALIRAN BEHAVIORISME DAN
HUMANISME
A. BEHAVIORISME
Ciri-ciri
guru atau pendidik dengan aliran
Behaviorisme ini adalah :
a)
Memerintahkan pengaruh lingkungannya
b)
Mementingkan bagian-bagian daripada keseluruhannya
c)
Mementingkan reaksi atau psikomotor
d)
Mementingkan sebab-sebab masa lampau
e)
Mengutamakan mekanisme terjadinya hasil belajar
f) Mementingkan pembentukan kebiasaan
g)
Mengutamakan “trial and error”
B. HUMANISME
Ciri-ciri
guru atau pendidik dengan aliran
Humanisme ini adalah :
a) Belajar dengan cara signifikan terjadi
apabila materi yang disampainkan
dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud tertentu
b) Mengajar
dengan menyangkut perubahan dalam persepsi mengenai diri
c) Mengajar
dengan hal yang lebih bermakna dalam proses belajar
d)
Membiasakan siswa sebagai bentuk kepercayaan diri pendidik
REFERENSI
Slavin,
Robert E. 2005. Cooperative Learning: theory, research and practice (N.
Yusron. Terjemahan). London: Allymand
Bacon.
Muhibbin
Syah. 2008. Psikologi Belajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik
http://garasikeabadian.blogspot.com/2013/03/multiple-intelligence.html
https://aanisahfathinah.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar